Beranda | Artikel
Khutbah Jumat Renungan Hidup - Apa Yang Seharusnya Kita Pikirkan?
Selasa, 25 Februari 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Khutbah Jumat Renungan Hidup – Apa Yang Seharusnya Kita Pikirkan? ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 27 Jumadal Akhirah 1441 H / 21 Februari 2020 H.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat Renungan Hidup – Apa Yang Seharusnya Kita Pikirkan?

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
قال الله تعالى فى كتابه الكريم، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وقال تعالى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ، فإِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

Ummatal Islam,

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah kepadaNya. Karena itulah tujuan hidup kita di dunia. Allah berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)

Maka kewajiban setiap hamba untuk benar-benar memperhatikan tentang ibadah. Karena itu adalah merupakan tujuan hidupnya. Manusia tidak diciptakan untuk hidup di dunia selamanya, manusia tidak diciptakan untuk senantiasa mencari dunia dan dunia walaupun itu sesuatu yang ia butuhkan dalam hidupnya. Karena sesungguhnya ibadah adalah kebutuhan yang lebih besar daripada makanan dan minuman.

Maka kewajiban seorang hamba untuk senantiasa merealisasikan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan cara menuntut ilmu, dengan cara berusaha mengamalkan ilmu,  dengan cara berusaha untuk mengikuti jejak kaki Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena tidak ada manfaat hidup kalau ternyata tidak diwarnai dengan ibadah kepada Allah.

Manusia berbeda dengan binatang ternak. Binatang ternak hanya mengikuti hawa nafsu saja, mereka tidak diberikan oleh Allah akal, mereka tidak diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala alat untuk berpikir. Mereka hanya hidup di dunia saja. Adapun di hari akhirat mereka dikumpulkan kemudian menjadi tanah. Saat itulah orang-orang kafir berkata:

يَا لَيْتَنِي كُنتُ تُرَابًا

Andaikan aku pun menjadi tanah seperti mereka.” (QS. An-Naba`[78]: 40)

Maka dari itu saudaraku.. Manusia diberikan oleh Allah balasan di akhirat kelak.

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾

Siapa yang mengamalkan kebaikan sekecil apapun dia akan melihat balasannya dan siapa yang mengamalkan keburukan sekecil apapun dia akan melihat balasannya.” (QS. Al-Zalzalah[99]: 7-8)

Maka setiap kita, saudaraku.. Berpikir tentang hakikat hidupnya di dunia bahwasanya ia akan kembali kepada Allah. Bahwasannya ia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Maka saudaraku sekalian.. Kita hidup di dunia hendaklah waspada. Jangan sampai kemudian kita tenggelam di dalam dunia. Karena sesungguhnya ketika kapal itu telah dipenuhi oleh air di lautan, ia akan karam dan tenggelam. Demikian pula hati ketika telah dipenuhi dengan cinta dunia, ia akan tenggelam dan karam.

Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian..

Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu mengingatkan dalam Al-Qur’an tentang hakikat dunia. Allah berfirman:

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tidaklah kehidupan dunia kecuali kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid[57]: 20)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun mengingatkan dalam hadits-haditsnya yang shahih tentang hakikat dunia. Dan bahwasanya dunia itu sesuatu yang hina dimata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua itu adalah agar kita tidak tertipu dengan dunia, tidak tertipu dari perjalanan kita menuju kehidupan akhirat. Karena seseorang ketika hatinya hanya mengharapkan dunia dan dunia, maka akhiratnya pun hancur lebur, yang ia harapkan dari ibadah hanya dunia, yang ia harapkan dari ibadah hanya harta, sehingga Allah berfirman:

مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ ﴿١٥﴾ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٦﴾

Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan dari apa yang ia inginkan dari amalannya tersebut tanpa dikurangi. Tapi mereka di akhirat tidak mendapatkan apapun kecuali api neraka, batal amalannya dan sia-sia perbuatannya tersebut.” (QS. Hud[11]: 16)

Subhanallah, saudaraku..

Maka dari itulah saudaraku.. Jangan sampai keinginan kita terbesar adalah kehidupan dunia. Adalah diantara doa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beliau meminta kepada Allah:

وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا

“Ya Allah.. jangan Engkau jadikan dunia harapan kami yang terbesar, jangan Engkau jadikan dunia puncak daripada keilmuan kami ya Allah.”

Karena seseorang ketika hanya harapannya dunia dan harapan dan keinginan terbesarnya dunia, yang dia harapkan hanya dunia, maka dia akan sulit untuk ikhlas mengharapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia mau ibadah ketika ada keuntungan dunianya. Adapun ketika tidak ada keuntungan dunianya ia malas untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Orang yang berharap dunia sangat besar di hatinya, ia hanya memandang sesuatu yang terhormat itu dengan dunia, bukan dengan amalan shalih, tidak pula dengan ketakwaan kepada Allah Jalla Jalaluhu. Sehingga akhirnya hatinya terbelit dengan kekikiran,  hatinya pun terbelit dengan ketamakan terhadap kehidupan dunia. Sehingga akhirnya bagi dia dunia segalanya. Bahkan ia berani untuk memutuskan silaturrahimnya karena dunia, ia berani untuk menumpahkan darah seseorang karena dunia, ia berani bahkan memusuhi kebenaran pun karena dunia. Lihatlah Fir’aun yang memusuhi Nabi Musa karena dunia, lihatlah Namrud yang memusuhi Nabi Ibrahim karena dunia, lihatlah Heraklius yang mengetahui dengan yakin akan kebenaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Heraklius yakin bahwasanya Nabi Muhammad itu Nabi terakhir, tapi masalahnya Heraklius takut kehilangan dunia. Itulah yang menghalangi Heraklius untuk masuk ke dalam Islam, untuk masuk kedalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dunia.

Ummatal Islam,

Makanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا الفَقْرَ أَخْشَى عليكُمْ

“Bukan kefaqiran yang aku khawatirkan atas kalian.”

ولكنِّي أَخْشَى أن تُبْسَطَ الدُّنْيا عليكُمْ

“Yang aku khawatirkan atas kalian dibukakan kepada kalian pintu kesenangan dunia.”

فَتَنافَسُوها كَما تَنافَسُوها

“Kalian pun akan berlomba-lomba mencari dunia sebagaimana orang-orang sebelum kalian berlomba-lomba mencari dunia.”

فتُهْلِكَكُمْ كما أهلَكَتْهُم

“Lantas dunia pun membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Ummatal Islam,

Maka sadarilah bahwa kita hidup di dunia sementara, kita akan kembali kepada Allah.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Setiap jiwa pasti merasakan kematian.” (QS. Ali-Imran[3]: 185)

Siapapun dia, apakah ia seorang pemimpin ataukah rakyat jelata, apakah ia orang kaya atau orang yang tak mempunyai harta. Semuanya akan kembali kepada Allah, semua akan meninggal dunia, semua akan dikafankan, semua akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir. Untuk itulah kita berpikir.

وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ

Untuk itulah kita berlomba-lomba,  sadaraku…” (QS. Al-Mutaffifin[83]: 26)

أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم

Khutbah kedua – Khutbah Jumat Tentang Menghadapi Cobaan dan Ujian Hidup Dengan Ketaatan Kepada Allah

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله، نبينا محمد و آله وصحبه ومن والاه، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمّداً عبده ورسولهُ

Ummatal Islam,

Bukan berarti kita meninggalkan dunia sama sekali, tidak. Bukankah Allah dan RasulNya memerintahkan kita untuk mencari nafkah? Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun menikah? Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita bersedekah?

Lihatlah saudaraku..

Semua itu menunjukkan kita tetap mencari dunia. Akan tetapi yang harus kita waspadai bahwa jangan sampai dunia melupakan kita dari tujuan kita yang utama dalam kehidupan ini. Karena tujuan yang utama di dunia adalah ibadah kepada Allah. Bagaimana kita bisa shalat dengan khusyu’? Bagaimana kita bisa melaksanakan puasa Ramadhan? Bagaimana supaya lisan kita turut berdzikir kepada Allah? Bagaimana supaya kita senantiasa bisa shalat tahajud? Bagaimana kita berusaha supaya kita selalu dalam aktivitas kita menghasilkan pahala demi pahala sehingga pada waktu itu kita senantiasa berada dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ini yang kita pikirkan. Inilah pemikiran setiap mukmin dan muslimah. Semua mukmin dan mukminah hendaklah yang ia pikirkan bagaimana saya berlomba dalam kebaikan sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang-orang faqir datang kepada Rasulullah,  mereka mengadukan orang kaya bukan karena kekayaannya. Apa kata mereka?

يَا رَسُوْلَ اللّٰـهِ ! ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ

“Wahai Rasulallah, orang-orang kaya pergi  membawa pahala yang banyak.”

يُصَلُّوْنَ كَمَـا نُصَلِّـيْ ، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَـا نَصُوْمُ

“Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami puasa.”

وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ أَمْوَالِـهِمْ

“Tapi mereka bisa sedekah wahai Rasulullah, sementara kami tidak bisa.”

Subhanallah saudaraku sekalian..

Itulah yang kita pikirkan, bagaimana kita beramal dan beramal? Bagaimana harta kita menjadi pahala di sisi Allah? Bagaimana kesehatan kita menjadi pahala di sisi Allah? Bagaimana berbagai macam nikmat yang Allah berikan kepada kita itu menjadi pahala di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala?

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

  اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الحَاجَات

اللهم تقبل أعمالنا يا رب العالمين، اللهم وتب علينا إنك أنت التواب الرحيم، اللهم اصلح ولاة أمورنا يا رب العالمين، واجعلنا من التوابين واجعلنا من المتطهرين

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله:

Download mp3 Khutbah Jumat Renungan Hidup – Apa Yang Seharusnya Kita Pikirkan?

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download khutbah Jum’at ini, kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48205-khutbah-jumat-renungan-hidup-apa-yang-seharusnya-kita-pikirkan/